Malang, 3 Kakak Beradik Yatim Piatu ini Kini Kekurangan Gizi karena Tak Ada Makanan
Tiga orang kakak beradik asal Bali menjadi sorotan publik setelah kisah pilunya diangkat ke media sosial. Komunitas Peduli Bali (KoPi Bali) mengunggah kisah ketiga melalui akun Facebook mereka sehingga menjadi viral di media sosial.
Ketut Desi (15), Ketut Pait (13) dan Wayan Dika (7) menjalani hidup seadanya setelah menjadi yatim piatu. Ayah dan ibunya telah meninggal dunia. Pun baru-baru ini, mereka kembali merasakan kehilangan setelah kakak pertamanya menyusul kepergian orang tuanya
“Musibah seakan tidak pernah jauh dari keluarga adik Ketut Pait, Bapak meninggal sekitar 2 tahun lalu, ibu meninggal 9 bulan lalu. Dan hari hari kakaknya I Made Ngemben meninggal karena sakit di lambung (diperkirakan penyebabnya karena sakit maag akut),” ujarnya dikutip di laman Facebook, Kamis (8/4/2020).
Ketut Pait yang baru berusia 13 tahun, terpaksa menjadi orang yang mengurus segala kebutuhan di rumah. Mulai dari memasak, menyabit rumput, mengerjakan pekerjaan rumah hingga menjaga adiknya yang masih kecil.
Sebelum kakak pertamanya meninggal, kondisi di rumah pun tidak jauh berbeda. Kakak pertamanya, Made Ngamben menderita sakit epilepsi. Sedangkan kakak keduanya, Ketut Desi pergi keluar untuk mencari uang.
“Kakak pertama Made ngemben umur 16 tahun sakit epilepsi, kakak kedua Ketut Desi umur 15 tahun terpaksa mengambil jalan pintas menjadi peminta-minta karena di kampung mereka tidak punya pekerjaan yang bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan hidup mereka berempat,” ceritanya.
Cerita tiga bersaudara sangat menyentuh relawan yang hadir mendampingi mereka. Menyaksikan keluarga kecil itu harus berjuang seorang diri, hidup tanpa adanya kehadiran orang tua.
Ketika tim relawan pertama kali datang, mereka dibuat prihatin ketika mengetahui kondisi ketiganya. Mereka tampak kekurangan gizi, karena hanya mampu makan ala kadarnya.
“Tubuhnya kurus kurang gizi, saat kami temui mereka lagi makan nasi denga sambal bawang (tanpa cabai). Dari pengakuannya, mereka sudah terbiasa makan nasi hanya dengan sambal, bahkan hanya makan nasi putih, Jarang sekali mereka makan sayur atau daging,” lanjut cerita sang relawan.
Tak hanya soal makanan, tempat tinggal mereka pun bisa dibilang tidak layak. Atap rumahnya bolong diberbagai sudut, yang tentunya saat hujan akan membasahi seisi rumah mereka.
Belum lagi, urusan soal tempat tidur mereka. Kakak beradik itu harus tidur berdempet-dempetan di kasur kapuk yang hanya seluas 1 meter. Tentunya yang akan semakin sempit ketika mereka semua berada di rumah.
“Tidur di kasur kapuk yang lebarnya 1 meter di tiduri 2 orang tentu terasa sempit. Apalagi kalau kakaknya Ketut Desi pulang dari meminta-minta, mereka akan tidur bertiga berdesak-desakan di kasur kecil mereka,” bunyi cerita unggahannya.
Kisah memilukan ketiganya menggerakan hati KoPi Bali untuk terjun langsung membantu 3 bersaudara itu. Mereka juga mengharapkan dengan disebarluaskan cerita ini, akan banyak orang yang turut membantu keluarga kecil itu.
“Uluran tangan dan sedikit Kepedulian dari kita akan sangat bermanfaat untuk adik-adik kita,” ujarnya menutup unggahannya